Kajian Madrasah (Lanjutan 6)

Kalau guru umumnya memiliki tanggung jawab untuk membimbing dan membina agar anak didik tumbuh dan berkembang baik pisik maupun non pisik dengan semporna maka di madrasah tersebut guru juga memiliki tanggung jawab disamping "murabbi" seperti digambarkan sebelumnya,  yakni:

2. Sebagai "muallim" yakni orang yang memiliki tanggung jawab dan tugas untuk secara pasti anak didik tumbuh dengan memiliki dan menguasai ilmu dalam bidang yang diajarkan atau keahlian guru tsb.  Jadi ada tugas "transfer of knowledge". Sehingga anak menguasainya secara baik sehingga punya modal dalam menyongsong masa depan anak.  Nah guru itu memang adalah ahli atau orang pintar pada bidangnya. Bila tidak pintar, maka guru bisa cendrung menyesatkan, bila ilmu yang disampaikan tidak original namun kawean (comot).  Maka setiap guru dituntut agar selalu mengapdet atau memutaakhirkan ilmunya sebab ilmu pengetahuan bersifat relatif dan sifat kehidupan ini dinamis dan cendrung mengalami perubahan. Bila tidak demikian guru itu bisa jadi hanya sekedar formalitas dan kehadirannya hanya menutupi kewajiban saja. Sekedar pekerjaan untuk cari hidup (uang).

Dengan pengertian bahwa makna  yang dikemukakan di atas bahwa jadi guru di madrasah tidak sesederhana yang dibayangkan orang sebab mereka memberi pencerdasan pada kualitas manusia dan generasi muda muslim sesuai visi madrasah dengan tidak lepas dari KESADARAN VISI SPRITUALITAS (Agama Islam:Iman-Islam-Ihsan).  Sehingga anak anak yang tumbuh pasti mengikuti atau paling tidak akan tidak jauh dengan kualitas gurunya. Kalaupun mereka lebih cerdas itu muncul saat kesadaran belajar anak terpicu karena situasi yang dialami sehingga muncul motivasi ingin berprestasi tinggi.  Ia bangga dengan dirinya dan beropsesi ingin muncul di atas angin karena dari rumahnya memang mereka sudah punya dasar kesadaran. Gurupun muncul lebih mudah hingga tidak lebih sekedar motivator belajar.

Bersambung