FITHRAH MANUSIA HARUS DIKAWAL


MENGAWAL FITHRAH di Idul Fithri 

Kita lahir telah memiliki bekal karena Alloh mengisinya dengan pemberian Roh ILAHIYAH ( Suroh Shod ayat 72) dan  kita juga sudah ditagih komitmen (syahadat primordial) sebelum kita lahir. Hingga bisa disebut kita lahir telah jadi Islam dalam artian memilih mengiyakan atau menundukkan diri pada Alloh. 
Allah SWT berfirman:
وَ اِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْۤ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَ اَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ  ۚ  اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ  ۗ  قَالُوْا بَلٰى  ۛ  شَهِدْنَا  ۛ  اَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَ  
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab, Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini,"
(QS. Al-A'raf: Ayat 172) 

Dengan modal itu manusia keseluruhannya tunduk pada Alloh. Sesuai Hadits Rasul bahwa  manusia lahir dengan ketundukan padaNya yang disebut Fithrah tapi setelah berinteraksi dan beradaptasi dengan kehidupan fisik, manusia akan mengikuti situasi kehidupan ya rumah tangga, sekolah, teman bergaul dan masyarakat sekitar, sehingga terbentuk dirinya (watak kediriannya) yang disebut Nafs.
Nafs bisa berkembang dan dapat membentuk pola-tingkatan hidup.
Allah SWT berfirman:
وَنَفْسٍ وَّمَا سَوّٰٮهَا  
"demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya,"
(QS. Asy-Syams: Ayat 7)
فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰٮهَا  
"maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,"
(QS. Asy-Syams: Ayat 8)
Persoalannya adalah; bagaimana manusia menentukan hidup untuk tetap bisa berada pada jalan fitrah?  Perlukah diikhtiari atau pasrah tanpa usaha?. Nah sebagai makhluk yang diberi kelengkapan hidup, mestinya harus mengambil jalan usaha yang maksimal. Untuk itu perlu langkah dan cara agar tetap terpelihara keadaan fithrah tersebut. 

Disinilah Alloh dengan didasari kasih sayangnya memberi jalan dan cara untuk bisa senantiasa berada didekatNya yakni lewat berbagai jenis ibadah dan amal perbuatan kebaikan. Termasuk peluang yang sangat luas dalam bulan khusus yakni Shauma Ramadhon. 
Nah mereka yang memanfaatkan berbagai peluang dan fasilitas yang ada, akan terpolalah hidup dengan sendirinya. Bisa jadi mereka tetap bertahan kedekatannya secara permanen kepada Alloh atau malah menjauh dan asik dengan kehidupan dunia yang banyak menggoda dan menutup mata hatinya?.
Konsekwensinya pasti terlihat dari jalan hidup setiap orang. 

Jalan Hidup pada  Nafs paling rendah... 

1. Jalan-Tingkatan Ammaroh
Ini adalah kategori manusia yang jiwanya sulit ditembus hidayah dan waktu yang diberikan tidak dimanfaatkan untuk berjuang  mempertahankan komitmen ketuhanan atau syahadat primordial itu ia hanya asik mengisi hidup dengan tarikan syahwat dan mempertururkan bisikan iblis yang selalu mengintainya. Maka barisan ini adalah manusia yang buta akan aturan dan norma syari'at sehingga tidak mementingkan hal hal yang bersifat ketinggian tapi selalu tersungkur kepada hal hal kerendahan.
Allah SWT berfirman:
وَمَاۤ اُبَرِّئُ نَفْسِيْ ۚ  اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌۢ بِالسُّوْٓءِ اِلَّا  مَا رَحِمَ رَبِّيْ  ۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
"Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang."
(QS. Yusuf: Ayat 53) 

2. Pola-Tingkatan Lawwamah.
Yaitu diri yang menyesali. Maknanya adalah kepribadian yang paham nilai tapi masih  selalu tergelincir pada jalan dosa kendati penyesalan itu selalu muncul. Sederhananya kehidupan dalam tingkatan ini adalah diri yang masih sulit Istiqomah. Karena masih sering kesadarannya  goyah dengan tarikan tarikan hawa nafsu seperti sangat mengistimewakan harta, jabatan, makanan, kehidupan seksual dsb, yang membuatnya sering tidak ingat Tuhan dan dalam memenuhi hajat itu hanya bertumpu pada akal dan kemampuan dirinya saja.
Allah SWT berfirman:
وَلَاۤ اُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ 
"dan aku bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali (dirinya sendiri)."
(QS. Al-Qiyamah: Ayat 2). 

3. Pola-Tingkatan Muthmainnah.
Inilah diri yang sudah terpimpin oleh kesadaran jiwa yang suci. Sehingga Alloh yang menjadi bosnya, pimpinannya, ketuanya, rajanya hingga menyadari bahwa Alloh sebagai pemilik dirinya. Maka ia hidup dengan melayani kehendak rajanya itu. Berharta dan berkehidupan materi diproses tanpa melupakan  Alloh sang pemilik. Pikirannya jalan dan ikhtiar berputar tetapi tetap menyertakan kesadaran akan sang pemilik kehidupan. Hingga Alloh pun amat menyayangi dan memperhatikan hidupnya sampai menyeberang kedalam kehidupan yang hakiki.
Allah SWT berfirman:
يٰۤاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ     
"Wahai jiwa yang tenang!"
(QS. Al-Fajr: Ayat 27)
ارْجِعِيْۤ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً  
"Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya." ( Ayat 28)
فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِى 
"Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku," (Ayat 29)
وَادْخُلِيْ جَنَّتِى
"dan masuklah ke dalam surga-Ku." (Ayat 30)
Selamat Menikmati Tempaan Ramadhan- Puasa yang baru dilalui moga kita mampu mempertahankan tempaan itu serta semoga semua diberikan kesehatan. Aamiin...

12 komentar:

  1. Syukron ustadz atas ilmunya semoga kami bisa mencapai tingkatan mutomainnah dan dapat kami amalkan 🙏

    BalasHapus
  2. Syukron ustadz atas ilmunya semoga kami bisa mengamalkan nya🙏

    BalasHapus
  3. Syukron Katsir ustadz ilmunya. Semoga ilmu ini bermanfaat bagi kami sebagai calon pendidik dan dapat menjadikan kami mencapai dalam pola tingkatan Mutmainnah.

    BalasHapus
  4. Syukron ustadz atas ilmu nya semoga bermanfaat untuk kami dan kami bisa mengamalkannya

    BalasHapus
  5. Terimakasih banyak ustadz atas ilmu pengetahuan yang ustad berikan ,semoga kami sebagai calon pendidik bisa memanfaatkan nya dan mengamalkannya kepada peserta didik kami kelak
    Aamiin...

    BalasHapus
  6. Terimakasih banyak pak, Sangat bermanfaat🙏

    BalasHapus
  7. An-Nafs: Ammaroh, Lawwamah, Muthma'innah, maka ikutilah yg ketiga niscaya hati akan tentram dan damai. Syukron atas ilmunya ustadz 🙏

    BalasHapus
  8. Terimakasih Banyak Uwak Atas Ilmunya, Semoga Ilmu Yang Uwak Berikan Kepada Kami Bermanfaat Dan Menjadi Amal Jariyah Buat Uwak Aamiin Aamiin Ya Robbal A'lamin 🤲🏼

    BalasHapus
  9. Terimakasih banyak pak atas ilmunya. Semoga ilmunya bermanfaat bagi kami sebagai calon-calon pendidik🙏🏻

    BalasHapus
  10. Terimakasih banyak pak atas ilmu yang diberi bapak, semoga ilmu pengetahuan yang diberi bapak bermanfaat terutama untuk kami calon pendidik untuk generasi selanjutnya, dan menjadi amal jariyah buat bapak aamiin yaa rabbal'alamiin

    BalasHapus