INDONESIA WARISAN PARA PEJUANG dan ULAMA


HARI PAHLAWAN 10 November 1945 dan PERANAN ULAMA

Setelah Proklamasi Kemerdekaan dibacakan dunia geger Indonesia MERDEKA. Apalagi Jepang lumpuh di tanggal 6 Agustur 45, Nagasaki dan Hirosima sebagai pusat pradaban porakporanda. Tentara koalesi menyatakan pemenang di PD II dan hegemoni Barat juga muncul serta ingin mencaplok Indonesia kembali.

Benar mereka datang satu satu.
Hadratussyeh Kyi Hasyim Asyari mendengar itu dan di Septembernya Soekarno datang menghadap ( yang datang Presiden), minta pikiran dan menanya hukum membela negara. Keluarlah FATWA :
1. Umat Islan diberi fatwa ikut berjuang kembali dan hukumnya  "Fardhu Ain". Mari bela negara.

Saat itu muncul motto, kata bijak dari Sang Kyai;
2. Hubbul wathon minal Iman (Cinta tanah air adalah bagian Iman).

Pada tanggal 22 Oktober 45 Bung Tomo menjumpai Hadaratussyekh Kyai Hasyim Asy'ari karena melihat Jendral Malabi sudah datang ke Surabaya dan bekalan menyusul 6000 tentara Inggris untuk menduduki Indonesia lewat Tanjung Perak maka muncullah;

3. "Resolusi Jihad" oleh Sang Kyai  dan menggalang seluruh Kyai dan kekuatan seluruh elemen ummat trrmasuk pemuda dan para santri untuk ikut perang sebagai respon atas perebutan kembali  Indonesia merdeka 45. Pertempuranpun tidak dapat dielakkan seluruh elemen ummat di Jawa Timur umumnya, Surabaya secara khusus ikut menghadapi pasukan sekutu membantu Tentara Nasional, korban rakyat tak terelakkan sebab semua sudah dipersenjatai dengan bambu runcing yang dibacakan Surah Al-Fatihah. Allohu Akbar dipekikkan Bung Tomo mengomandoi...Indonesia Menang.

Apa yang diberikan ULAMA dan para Kyai? Mereka membagi paling tidak 3 harta kekayaan.

1. Kekayaan Bentuk Bersikap Istiqomah

Allah Ta’ala berfirman,

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِير

“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) kepada orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Huud, 11: 112). Ulama berurat berakar ke bawah/keummat dan berpucuk menjulang ke atas. Ummat selalu setia dalam kendali Ulama. Dan Ulama bukan pelengkap Penguasa.

2. Kekayaan Bentuk Bersikap Saja'ah,

“Kekuatan jiwa yang mengokohkan seorang manusia dalam melawan al-mihan (cobaan, bencana, musibah, kesengsaraan, kemalangan); serta menghadapi al-khathar (bahaya, resiko, kesulitan) atau kepedihan; juga menggerakkan/mendorong diri kepada suatu amal disertai tekad yang kuat.”

شِدّةُ القَلْبِ في البأْس

“Kekuatan hati dalam menghadapi kengerian terhadap sesuatu.” [1]

Adapun yang dimaksud dengan syaja’ah dalam pembahasan ini adalah keberanian, kekuatan tekad, ketekunan, ketenangan, dan kesabaran seorang muslim, terlebih lagi seorang aktivis dakwah, dalam menetapi kebenaran dan amal shalih yang diridhoi Allah Ta’ala meskipun harus berhadapan dengan cobaan, musibah, kesengsaraan, bahaya, resiko, dan kepedihan.

3. Kekayaan Bentuk Bersikap Sabar.

Sabar sendiri maknanya sangat luas, tidak hanya menahan diri dari hal-hal yang tidak sesuai aturan Allah SWT, namun juga menahan diri dari nafsu, menahan diri saat di beri kelapangan maupun tatkala dihadapkan dalam situasi yang sempit.

Inilah modal Berjuang yang dinamkan para Kyai saat itu. Maka selalu mudah menyatukan kekuatan umat.

(Matari Khutbah di Mesjid Ulul Ilmi UIN Syahada 11 Nopember 2022).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar