SYAHADAT PRIMORDIAL dan DIBUTHKANNYA IBADAH HAJI


Syahadat primordial adalah sebuah komitmen atau pengakuan akan ketundukan pada Alloh. Dengan ini manusia sejak dalam kandungan telah melakukan kontrak yang amat sacral dengan Alloh secara langsung. Alloh bertanya: Adakah kamu mengaku bahwa Akulah Tuhan kamu?. Manusia menjawab: Tentu Ya Alloh Kami angkat Sumpah dan Bersaksi (Q.S. Al A'raf ayat 172).

Manusia yang hadir ke bumi ini adalah manusia yang memiliki nafs fithrah sebuah kondisi yang sangat loyal dan patuh pada Alloh. Tapi bisa saja nafs itu ternodai oleh selubung awan pekat melalui: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan terhadap apa-apa yang dikagumi, wanita dan anak-anak, timbunan harta berupa emas dan perak, kuda pilihan, binatang ternak, sawah dan ladang. Inilah kesenangan hidup di dunia, padahal di sisi Allahlah tempat kembali yang lebih baik.(Q.S. Ali Imran ayat 14).

Ayat ini merupakan pernyataan menggelitik tentang sifat dasar manusia. Keinginan duniawi terlihat menarik dalam pandangan manusia. Secara alami manusia mencintai emas dan perak karena keduanya merupakan simbol kekayaan. "Kuda-kuda pilihan, sawah dan ladang” juga merupakan simbol kekayaan pada masa Nabi. Sedangkan pada masa kini, kekayaan manusia diukur oleh hitungan di atas kertas atau mesin elektronik. Keinginan paling kuat dalam diri seorang manusia normal adalah keinginannya untuk berpasangan, karena dalam keadaan ini kecemasannya hilang, atau dengan kata lain, dengan wanita ia dapat merasakan kehahagian bersama.

Wanita, harta dan tahta adalah pintu masuk pada kesenangan dunia, dan untuk memperthankan ketiga kesenangan ini sering menimbulkan konplik bahkan pecah perseteruan yang memutus ukhuwah, maka bila tidak berlaku hati hati maka bukan tidak mungkin seseorang akan kehilangan nafs fitrahnya, hingga dengan itulah Alloh memberi peringatan keras bahwa semua kesenangan itu adalah hiburan dan permainan dunia yang boleh dinikmati tapi tentu dengan penuh kehati hatian pada syariat Alloh. Hal hal inilah suasana yang dapat mendistorsi syahadat primordial tadi, sehingga diperlukan usaha tazkiyah nafsiah.Sebab dengan kesucian dan ketenangan bathinlah semua tantangan bisa dijinakkan.

Pada proaesi Haji ada satu ritus untuk berdiam pada sebuah tempat sekaligus menapak tilasi Adam as (Ibadah menjemput Fithrah kembali). ‘Arofah adalah tempat wukuf artinya berhenti untuk merenung, berintrospeksi serta menjemput kesadaran untuk menatap potret modal untuk temukan kembali diri hingga kita kenal kembali serta kita rangkul kembali jiwa suci kita. Padang ‘Arofah adalah menggumulkan sinar ruhaniah menjadi pemandu hidup untuk melangkah menuju kehanifan sang Ilahiyah. Karena musafir cinta datang, Alloh  menyambut dan merangkul serta menepuk bahu bahu mereka dan seraya Alloh memberi Ridho dan perkenan akan kebaikan hidup bagi setiap pecinta yang bertamu. Dengan itu Mushdalifah di depan menjadi altar memungut pertebal energy Iman dengan lambang biji krikil dari jemari ababil untuk dimuntahkan pada musuh laknatulloh di Mina nanti dalam memerangi kedurjanaan. Disana berperang dan bertempur memusnahakan kebejatan dan membuang segala perwajahan syetan yang membelenggu diri pecinta. Maka mereka kembali pada fithrahnya.

Para musafir cinta setelah selesai dari perjamuan ‘arafah, musdalifah dan peperangan mina, mereka menjadi mulia, mereka telah memenuhi panggilan dan mereka telah berada pada jalan dan garis orbit yang diinginkan Alloh. Hingga mereka bersegera dari mina menuju Baiyulloh untuk ketemu kembali denganNya, seraya melaporkan seluruh keindahan bathin yang sudah tertazkiyahkan, sekaligus berharap Alloh akan memberi restu serta menyahuti keinginan sahutan Ilahi; “ridhoKu menyertaimu”. Dengan sahutan itu maka akan tercapailah puncak perjalanan haji sehingga memperoleh derajat “mabrur” artinya adalah “barra-yabirru-mabrurun” atau al-birr, artinya adalah berlipat kebaikan atau sangat diterima Alloh. Salah satu tandanya adalah; jauh dari sifat riya, jauh dari sum’ah, dan yang paling pokok dalam diri mereka akan jauh sifat rafas (suka berbicara hal hal yang terkait dengan seksual), jadal (suka bermusuhan dan bertekak leher) dan fusuq (melakukan perbuatan yang merugikan diri dan orang banyak).

Sebuah Rindu Terpendam

10 komentar:

  1. Alhamdulillah Terimakasih pak atas ilmunya semoga ilmu yang bapak berikan Bermanfaat bagi saya dunia dan akhirat dan semoga bapak diberi kesehatan Aamiin

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Terima kasih pk atas ilmunya smoga ilmu yang bapak kasih bisa saya amal kan dunia hingga akhirat

    BalasHapus
  4. Terima kasih pak atas ilmu yang bapak salurkan kepada kami

    BalasHapus
  5. Ternyata syahadat primodial itu sebuah pengakuan kita kepada Allah,bahwa Allah benar-benar tuhan dan menciptakan manusia untuk patuh kepada

    Masha Allah penjelasan yang sangat jelas, terimakasih pak atas ilmunya

    BalasHapus