KESADARAN DIRI (lanjutan 2)




Kesadaran Emotif sangat mendukung bagi kesehatan jiwa. Sebab ketika muncul dan menjadi sifat bagi seseorang untuk senantiasa perhatian bagi orang lain itu artinya dia menjadi manusia semporna. Tapi bila dia menyimpan rasa amarah, dendam, benci berkepanjangan apalag tidak perduli sama mereka yang du'afa dsb dsb, ini tidak sehat dan akan menohok/menggerus keberimanan seseorang. 

Terlalu banyak Hadits Rasul yang memberi ajaran agar seseorang muslim dapat memuliakan orang lain, mulai dari tetangga,  nah etika bertetangga itu ada polanya dalam Islam, seperti saling menyuguhkan makanan, menjenguk dsb. Memuliakan datangnya tamu, yang dalam Islam juga di atur. Jangan sampai karena tidak disukai dan tidak penting sama kita  sampai tidak ditegur. Seperti mengajari anak berbohong. "Udah bilang ke sana bahwa saya tidak dirumah". Ada dua hal yang dikorbankan dari sikap ini. Pertama berbohong dan kedua mengorbankan anak karena jiwanya dicederai. Mempertontonkan keburukan.

Kebohongan adalah merusak diri dan menodai cahaya jiwa sendiri dan bila yang dilakukan  seperti ini dianggap lumrah akan mendidik hati jadi keras dan lama lama jiwa jauh dari Tuhan. Maka pintu untuk melembutkan hati adalah selalu jalin hubungan baik dan memperhatikan orang orang miskin, yatim dan sekeliking kita yang butuh sebab itulah harga diri kita yang sebenarnya yakni kemanfaatan eksistensi kita khususnya orang orang kecil.

Untuk memperkuat hal ini, kesadaran keempat amat dibuthkan yakni (4). Kesadatan Iman dan atau Ilahiyah. Kesadaran ini banyak dituntun oleh sikap orang beriman dan bertakwa. Mereka itu adalah orang orang tercerahkan bukan saja baik sama orang, selalu sedekah dan beinfak dengan sifat  pemurah dan mudah memaafkan juga mereka adalah memiliki sifat pelopor dan pendobrak kebathilan. "RAUSAN FIKR" istilah sang Cedekiawan pelopor gerakan pendobrak kepada Rezim sekuler Reza Pahlevi di Iran yakni Ali Syariati walau ia terbunuh sebelum terjadi revolusi dengan kemenangan Ayatolkah Khomeiny di Iran.

Artinya mereka yang sadar diri secara Imani adalah mereka yang melihat kehidupan sebagai ladang untuk jihad kebaikan. Hadir dengan status 'Abid dan bertugas sebagai Khalifatulloh fil Ardh. Sehingga mereka menjadi manusia yang Saleh secara vertikal juga secara hirizontal. Wallohu'alam....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar