PUASA MEMBENTUK KEMAMPUAN MENGUASAI DIRI
Oleh: Irwan Saleh Dalimunthe
Khutbah I
Allohu Akbar 9 x, Hamdalah…, Syahadatain, Solawat, Washiyah Taqwa…
Qolallohu Ta’ala : (QS. Al-Baqoroh ayat 183):
Saudaraku kaum muslimin Rahimakumulloh.
Pada saat ini kita semua patut bersyukur bahwa bulan suci Ramadhan baru saja kita lalui bersama dengan baik meski suasana Ramadhan dan 1 Syawal 1441 H hari ini suasana kejiwaan kita tidak seperti biasanya. Sebab kehidupan kita saat ini hampir merata diseluruh dunia berada dalam dampingan makhluk Allah yang meng-inang dari hewan kepada manusia.
Kita semua masih terus diuji oleh Allah dengan wabah Covid 19 yang sangat berbahaya sehingga banyak amal ibadah yang lazimnya kita jalankan dengan ramai berjamaah di masjid, seperti salat lima waktu, salat Jumat, salat tarawih dan salat Idul Fitri, tetapi dalam suasana seperti ini ibadah itu kita laksanakan sangat berhati hati dan mengikuti anjuran pemimpin bangsa dan ulama kita untuk mematuhi protocol kesehatan, pakai masker, selalu cuci tangan dan jaga jarak, malah banyak diantara kita beribadah di rumah.
Saudaraku kaum muslimin yang dirahmati Allah.
Selama sebulan penuh kita telah menjalani puasa Ramadhan sesuai dengan perintah Allah subhanahu wa ta’ala di dalam Al-Qur’an, surat Al-Baqarah, ayat 183, yang berbunyi:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Ibadah puasa memang dimaksudkan untuk membentuk kita semua menjadi hamba yang bertakwa kepada Allah. Di dalam bulan Ramadhan banyak hal yang dalam kondisi normal di luar bulan Ramadhan boleh kita lakukan karena hukumnya mubah atau boleh. Tetapi selama puasa di siang hari kita dilarang melakukannya seperti makan, minum dan hal-hal lain yang membatalkan puasa.
Semua itu untuk melatih kita menjadi manusia yang mampu menahan diri dan menguasai diri sendiri. Jika terhadap hal-hal yang sebenarnya kita boleh melakukannya namun kita mampu menahan diri, apalagi terhadap hal-hal yang dilarang, tentu kita jauh lebih mampu meninggalkan larangan itu. Inilah salah satu inti tujuan ibadah kita di bulan Ramadhan. Puasa itu menjadi Bulan Madrasah Ruhaniah kita atau masa pelatihan jiwa. Sebab dengan kondisi jiwa seperti ini maka aspek lain seperti Salat, termasuk Tarwih, Tilawah atau Tadarus al-Quran, memperbanyak sedekah dan sebagainya akan ikut lebih baik pelaksanaannya.
Hadirin Rahimakumullah.
Bicara tentang perlunya ibadah ini, kita mesti ingat bahwa di dalam diri kita tersedia alat-alat diri baik yang kasar (Hardtware) seperti panca indra dan juga perangkat halus (Software) yang dilengkapi Allah untuk menjadi media seperti penampung Cahaya Ilahiyah yakni Qolbun (dalam penuturan Ibnu Araby dan para sufi sebagai Baitulloh dalam diri kita).. Disamping itu Allah juga memasang yang lain sebagai media energy yakni penggerak agar manusia dinamis, tumbuh dan berkembang yakni Akal Pikiran dan Hawa Nafsu (Software-lain) sehingga manusia mampu menginginkan sesuatu dan memikirkannya supaya diperoleh. Dan disisi lain ada lagi makhluk yang berkaitan dengan perjalanan manusia dan secara permanen dan simultan menempel dengan manusia yakni Syetan. Ia adalah makhluk pembangkang yang tidak mau hormat pada Adam kendati sudah diperintah Allah SWT, sehingga ia menerima hukuman pengusiran dari Sorga dan dicap sebagai makhluk pembangkang dan bahkan tidak dapat ampunan dari Allah. Ia merasa lebih mutu dibanding Adam dan tidak selayaknya berlaku hormat pada Adam.
Akan tetapi satu hal yang ia peroleh dari kebijaksanaan Allah saat meminta izin sama Allah ketika menerima hukuman yaitu “supaya diberi keleluasaan untuk menggoda manusia dan menjerumuskannya pada kesesatan”, Syetan itu diperkenankan Allah bekerja menyesatkan, walau Allah menyatakan satu garisan yakni: Ingat Syetan!, yang dapat kamu goda dan perdaya hanya hamba Ku yang lengah dari mengingat Ku, dan itulah temanmu nanti sebagai pengisi Neraka. (Lihat Al-‘Araf ayat 18)
Jama’ah sekalian, Cahaya Ilahiyah, Akal Pikiran, Hawa Nafsu dan Syetan, adalah empat unsur yang selalu ingin mengisi dan menguasai Inti Qolbiyah tadi agar manusianya bisa dikendalikan, sehingga keempat unsur ini selalu bercokol dan saling berebut siang dan malam hingga detik perdetik tanpa hentinya. Hawa Nafsu masuk dengan keinginan duniawi dibantu oleh Akal Pikiran dan siasat Pancaindra yang terus mendorong agar manusia memuaskannya. Ketika seseorang memiliki kecendrungan mengikutkan keinginan yang berlebihan maka manusia akan menjadi jahat (Q.S Yusuf ayat 53).
Perlu diketahui bahwa saat saat manusia memiliki keinginan yang menggebu gebu untuk memiliki sesuatu dan benar benar terpesona dan terperdaya, maka saat itulah Syetan memanfaatkan situasi dan hadir mendorong membesarkan volume Hawa Nafsu bahkan menghadirkan berbagai stategi dipikiran dengan segala tipu muslihat hingga Syetan memasuki system fikiroh manusia yang menjadikan pikiran atau akal jauh dari cahaya Qolbiyah. (Lihat Surah An-Naas). Karena Qolbiyah sudah tidak mencahayai akal pikiran, maka manusia yang sudah dikuasai Hawa Nafsu dan Syetan otomatis tersesat menjadi pribadi yang merusak jiwa sendiri, bahkan orang lain dan alam lingkungan karena tidak sanggup menahan dan mengendalikan diri dari tuntutan keinginan yang beranggapan menjadikan diri berbahagia dengan semporna. Orang orang seperti ini bisa jadi berusaha dan mampu menutupi kenyataan dirinya yang asli, akan tetapi itu hanya soal waktu pada akhirnya akan mendatangkan mudhrat dengan sendirinya, bahkan bukan saja untuk diri sendiri tapi orang lain ikut juga menanggung rasa. Seperti mengambil hak orang lain dengan jalan yang tidak legal, merusak alam hingga illegal loging sampai memperkosa hak azasi orang lain.
Bukankah perbuatan Korupsi berakibat pada orang banyak?. Bukankah dengan memperluas lahan perkebunan dengan merambah hutan akan menimbulkan banjir dan menjadi mala petaka buat banyak orang?. Petaka akibat Perbuatan Korup Para Pemegang Amanah, Perusakan Hutan di Pegunungan serta Hutan Lindung dan Daerah Aliran Sungai dan tindakan liar lainnya telah nyata dampaknya dan dirasakan saat ini oleh semua anggota masyarakat bukan saja kita secara local-regional tapi dalam kehidupan global. Lihat misalnya tentang Peubahan Iklim. Adalah Bill Gates pelaku ekonomi dan pemiliki pangkat lunak Komputer ini orang asli Amerika meramalkan bahwa yang paling dahsyat pembunuh massal manusia kedepan bukan hanya virus seperti Covid 19 yang sudah membunuh kurang lebih 3 juta orang seperti saat ini, tapi perubahan suhu dan cuaca panas yang kian meningkat dan ini nyata sulit dibendung sebagai akibat Pemanasan Global. Meninggal karena perubahan ikim diberbagai belahan dunia dalam kurun waktu 3-4 tahun ini sudah terjadi, khususnya di belahan Eropa dan juga termasuk India sekitarnya. Sebab dalam hitungan Lembaga Metreologi Dunia panas bumi naik setiap tahun bahkan bisa mencapai di atas 0,5 derajat selsius.
Hadirin Rahimakumulloh. Maka manusia diharapkan dapat bersifat manusiawi dan punya pri-kehewanan serta pri-kehutanan dengan kemampuan menguasai diri dan mampu mengendalikan hawa nafsu sehingga saling memaslahatkan antar sesama manusia dan makhluk lain, caranya tidak lain hanyalah dengan menghidupkan Cahaya Ilahiyah di dalam Qalbiyah. Bagimanakah Caranya?. Langkahnya Adalah:
Menguatkan Keimanan. Agar Iman kita kuat maka perlu mengenal Allah dan diri kita serta apa yang ada disekeliling kita. Tentang siapa Allah dan bagaimana kita seharusnya kepada Allah, jalannya tidak lain adalah Belajar Ilmu Agama (Keislaman). Bila sudah punya bekal itu dengan sendirinya Ilmu yang lain akan berjalan dengan sendirinya sesuai kebutuhan. Maka jangan lupa membekali diri dan keluarga dengan Pendidikan Agama (lebih Khusus soal Keimanan) adalah bersifat Fardhu ‘Ain. Sebab bila tidak demikian kehidupan kita dan seluruh keluarga kita akan banyak menghadapi benturan dan persoalan hidup sebab akan tidak menyertakan Allah dalam mengharungi lautan kehidupan ini yang kian hari kian pelik. Keimanan itu adalah fondasi hidup dan sangat berkah bila di atasnya dibangun dan dikembangkan kehidupan dengan bantuan Ilmu Syariat dan sains serta keterampilan hidup lainnya. Kehidupan jauh lebih bermartabat bila memilikiketiga aspek itu.
Menguatkan Ibadah dan Penyembahan. Dalam Islam ada Ibadah Salat. Fungsinya adalah agar kita selalu memuji, membesarkannya serta secara rutin 5 kali sehari semalam. Kita hambakan dan kerdilkan diri dihadapanNya, kita ruku’ dan Sujud tersungkur diharibaanNya. Hingga kita betul betul merasakan rendah hati dan bukan siapa siapa. Solat itu adalah kunci Ibadah. Dan pentingnya bagi kita adalah dengan Salatlah bahwa Cahaya Ilahiyah yang tepancar di Qolbiyah kita akan dapat bercahaya dan dibantu dengan Ibadah lain termasuk amalan sunat sebagai penjagaan agar noda noda hitam tidak mengotori dinding Qolbiyah kita. Sebab bila Salat dan Ibadah lain tidak kita kerjakan maka hati kita akan kotor sehingga Nafsu kita akan menyeret pikiran kita untuk menjalani hidup tanpa suluh atau penerang yang ada dalam Qolbiyah kita itu. Maka bisa jadi kita menjadi pribadi yang menjalani kehidupan tanpa budi dan nurani terbimbing tapi hanya didorong oleh keinginan dan pemenuhan unsur tuntutan kebutuhan material dan keinginan kehendak kita saja. Bila demikian maka inilah pribadi yang berpotensi jadi Manusia Perusak di Bumi ini.
Ibadah Puasa yang baru kita kerjakan adalah sebagai usaha melatih dalam mengendalikan diri dan menguasai diri agar menjadi pribadi matang dan kuasa atas dirinya dalam arti dapat memposisikan Tuhan sebagai Raja Pengaturnya bukan Hawanafsunya. Bahkan ada ibadah berinfaq diantaranya zakat sebagai sarana mendidik jiwa perduli dan dengan tumbuhnya rasa kebersamaan diharapkan terkubur jiwa ego, serakah dan memikirkan diri sendiri. Begitu juga Haji, yakni ibadah pencetak generasi yang dalam diri setiap Jamaah Haji dan Hajjah harapannya adalah mereka sudah menjadi sang Ibrahim yang hidupnya habis untuk menegakkan agama Tauhid. Juga menjadi Islamil yang mulia dalam ketaatan pada orang tua yakni pendukung sang Ayah walau taruhannya nyawa untuk membela tegaknya kepatuhan pada Allah. Tentu dalam didikan sang Ibu Siti Hajar sang pasangan yang rela terisolir demi ketaatan pada sang imam pejuang penegak LAILAHA ILLALLOH. Diri seperti inilah yang mesti kita bangun dan pertahankan didalam membentuk kehidupan kita ini.
Pribadi Istiqomah. Jadilah diri kita menjadi diri yang selalu lurus dan berjalan menuju kehidupan abadi. Dulu Kita mulai hidup setelah kita lahir dan kita diazankan atau diiqomahkan dengan kalimat Tauhid artinya kita DIAJARI berikrar bahwa Kita Untuk Allah. Oleh karena itu mari kita isi hidup dengan kehendak Allah dan kita usahakan kehidupan duniawi ini menjadi ladang Ibadah sebagai bekal menuju hidup yang sebenarnya Hidup. Sebab bukan yang ini serta saat sekarang ini hidup kita, kehidupan hakiki kita adalah disana nanti setelah kita PULANG atau MATI. Mati dulu kita baru masuk Hidup yang Nyata. INNALILLAH WAINNA ILAHI RAJIUN.
Saudaraku kaum muslimin yang dirahmati Allah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an, surat Ani-Nisa’, ayat 59 sebagai berikut:
Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan kepada para pemimpin di antara kamu.”
Sudah satu tahun lebih kita terkungkung oleh suasana pandemic, sehingga kita tidak bebas berkegiatan di luar rumah dan sangat terbatas untuk bersilaturrahim. Kita harus sabar menerima kenyataan ini karena apa yang kita lakukan tidak lain adalah dalam rangka menaati Allah, Rasulullah, para ulama dan umara yang intinya agar kita selamat dari ancaman wabah virus Corona. Wabah ini masih terus menghantui, kita dibatasi tentu itu adalah sebagai usaha.
Hadirin Rahimakumulloh. Ini disampiakan sekedar mengingatkan bahwa kita masih dalam peperangan yang sengit. Kita masih dalam cengkram Covid 19, dan kita bahagia daerah kita tergolong aman, tapi bukan berarti kita sudah bebas. Tidak dan terbuka peluang bila tidak waspada. Sebab wilayah kita adalah garis penghunbung antar berbagai kota dan wilayah pengembangan Industri yang menampung tenaga kerja luar negeri. Maka dari itu; Terlepas dari kata Pemimpin dan Ulama, tapi Ilmu Pengetahuan yang bersifat universal menunjukkan bahwa uasaha agar aman dari virus ini adalah; banyak berdiam diri, keluar hanya bila dibutuhkan sekali, pakai masker, jaga jarak dan hindari kerumunan, dan amalkan Thoharoh minimal sering cuci tangan dan wujudkan lingkungan rumah tangga yang bersih. Dan Yang tidak kalah pentingnya adalah kita jadikan momen ini sebagai motivasi untuk memperbaiki amal ibadah kita kepada Allah SWT, memperbanyak Istighfar serta memanjatkan doa keselamatan.
ALLOHU AKBAR, ALLOHU AKBAR, ALLHU AKBAR WALILLAHILHAMD
Terakhir, khatib menyampikan bahwa dalam mengisi sisa hidup yang masih tersedia ini mari kita :
Selalulah pelihara Qolb/Hati dengan mengisinya dengan banyak Zikir, dan mentaati ajaran agama serta mengikuti bisikan atau fatwanya mumpung masih bersih selepas Ibadah Ramadhan kemarin dan anggaplah HATI itu seperti Baitullah yang harus dijaga untuk tidak dinodai dan dikotori. Bukan hanya Qolb/Hati diri sendiri tapi juga setiap Qolb/Hati yang lain, jangan kita sakiti sebab itu juga wajib dipelihara untuk kebaikan HATI bersama.
Jangan lupa bahwa sesuai Hadits Rasul saat Beliau menerima kedatangan Malaikat Jibril dalam bentuk anak mudah gagah, mendekati Nabi hingga lutut Malaikat dan Nabi bersentuhan bahwa Rukun Beragama bukan hanya taat pada Rukun Iman yang enam dan rukun Islam yang lima, tapi ada puncak beragama yang menjadi INTI AJARAN dan AMALAN yakni Rukun Ketiga yaitu IHSAN. Maksudnya adalah kita jalani hidup dengan selalu menyadari bahwa kita ada dalam pantauan Allah dan tidak sedetikpun luput dari kehidupan yang tidak dibersamai Allah. Anta’budalloh Kaannaka…..
Kita perbanyak doa kiranya Pandemi Covid ini cepat berlalu dan kita semua selamat, apalagi anak-anak kita yang sedang menuntut ilmu sudah jenuh dengan belajar secara daring bahkan memunculkan poblematika tersendiri di setiap rumah tangga. Apalagi dengan pembatasan dan pelarangan mudik saat ini tentu banyak sanak family dan anak cucu kita yang diperantauan mesti berhari raya disana dan tidak bisa berkumpul dengan kita, untuk melepas rindu, bersilaturrahiim dan menikmati hari mulia saat ini. Tentu tidak kalah pentingnya mendoakan sanak family kita, Nenek, Kakek, Ayah dan Ibu kita serta keluarga lainnya yang sudah mendahului kita dan kini jasadnya tengah berbaring di Barzahnya. Kita kehilangan mereka dan merindukan mereka. Saat ini mereka melihat kita dari kejauhan moga kita menjadi sosok yang membahagiakan mereka dengan akhlakul karimah kita serta berbagai jenis amal kebajikan kita apalagi secara khusus kita doakan dan kita persembahkan amalan yang khuus buat mereka tentu mereka ikut berbahagia walaupun tidak seperti kita yang masih di dunia ini.
Demikian khutbah singkat ini disampaikan, moga manfaat. Barokalloh…
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusJazakallohu khoir pak ilmunya, semoga kita semua dapat menjadi hamba yang bertaqwa sebagai hasil dari ibadah kita selama puasa Ramadhan ini aamiin
BalasHapus