Sebuah Obsesi dari seorang Cak Nur (Ide Besar Yang Kurang Mendapat Tempat Dinegerinya)


Sejak 1980 Cak Nur telah bergulat dengan pikirannya saat melihat fenomena sebagian kelompok yang bersifat eksklusif sehingga muncul gagasan beliau mengedepankan Islam Berwajah Ramah-Inklusivis di atas Ajaran dan Doktrin Islam (mengarah Ibnutaimiyuun) dengan obsesi munculnya Peradaban Islam dengan historitas dalam bingkai nuansa Nusantara yang pluralis (agama-kepercayaan, corak beragama, warna kulit, adat budaya, bahasa, tempat dsb). Hingga sangat khawatir Agama dijadikan bukan sumber etika-moralitas (Islam sebagai Rahmatan Lilalamain) sehingga dengan segala konsekwensi (ia sadari sesadar sadarnya) berani mengusung prinsip "Islam Yes Partai Islam No".

Setelah ditelusuri secara jauh membaca pikiran beliau yang cukup gagah dan amat filosofis dan menjangkau masa yang amat jauh  melampawi atau meloncat dari masa saat mengemukakan pikirannya saat itu seperti di banyak tulisannya antara lain Islam Doktrin dan Peradaban (Ideal Nusantara kedepan). Maka ajaran Islam yang dibawah Rasulullah saw yang futuristik dan merupakan jalan keselamatan serta solusi dalam rentetan dinamika zaman dan corak hidup terpahami nyata. Dan kekhawatiran beliau dengan apa yang akan terjadi di era kekinian  (ukhuwah yang porak.poranda dan keutuhan sosial kebangsaan yang terancam rerak) hingga berani menyatakan dua prinsip action besar di atas dengan segala risikonya sudah menjadi terang benderang sebagai kenyataan.

Islam watsatiyah (yang amat populer dikalangan (NU) , Islam Rahmatan Lil Alamin (impian kang Dawamraharjo), Islam sebagai alternatif (obsesi kang Jalal) serta Islam Cinta (dalam benak Haidar Baqir) dsb, adalah sesuatu yang harus diusahakan untuk merawat ke-Indonesiaan dalam sinaran nilai nilai ke-Islaman yang menyejukkan dan menakjubkan.

Tapi sayang Paradigma Akbar itu hampir tidak mendapat tempat di Nusantara ini  sebab setiap gagasan brilian yang muncul pasti mendapat Anti Tesis. Sayangnya klo itu dimunculkan sebagai tawaran ide dan bersifat alternatif lazimnya diskursus pada masyarakat terpelajar tentu sangat wajar dan bertaraf Insaniyah. Tapi sayang setiap ide yang muncul akan direspon dengan brutal hingga sikap mengkafirkan sampai menghalalkan darahnya (ala Khawarij) sehingga penyemaian ide selalu mati muda tanpa berbekas.

Banyak nian murid Cak Nur, membludak kader kader yang mengenyam NDP rumusan Cita Kaderisnya sebagai sari Islam Doktrin dan berbagai thema menyadarkan Indonesia Wathoniyah/Negara sebagai wujud darah Syuhada, merata orang Nahdiyin di Nusantara dengan Islam Corak Nusantara yang pluralis, tapi sayang masih sepi sosok apalagi kelompok yang layak jadi Role Model  lebih sedih lagi ide brilyan beliau ini belum terjual dalam sebuah sistem yang memiliki Marketing yang anggun. Teringat dengan Muhammad Bin Abdul Wahab (pencetus Gerakan Wahabi) ulama yang keras itu dengan elaborasinya dengan pihak Ibn saud menjadikan kekuasaan menjadi corong untuk mempromosikan idenya lewat penguasaan lembaga keagamaan dan pendidikan diseluruh wilayah Saudi Arabiyah dan wilayah lain yang jadi tempat pasar menjual idenya Islamisasi dan Kemurnian berpijak Quran Hadits (Indonesia salah satu objek Wahabisasi), yang memiliki Sistem Market dan lengkap Role Model dari kadernya.  Pertanyaannya...dimana kaderis itu, dimana kolega dan murid beliau berada? Dimana barisan pengusung Islam Inklusiv dan Nusantara itu kini? Pernahkah mereka diberi kesempatan berkuasa? Apa yang mereka lakukan utuk realisasi ide keindonesiaan dalam bingkai Islam yang ramah? Kenapa dibiarkan Islam hari ini menjurus menjadi hantu yang menakutkan? Kenapa ? Kenapa? Bukankah tidak seperti itu yang diharapkan Rasulullah?

Secara jujur dipersepsikan bila ditelaah kelompok yang diketuai Haidar Nasir justru yang dulu diposisikan berupa gerakan yang menohok Islam Nusantara, kini mereka sangat menyadari apa hakekat dan wujud Islam Wasatiyah. Betapa pentingnya merawat Peradaban Nusantara dsb. Mereka menjadi kelompok yang konsen dengan Keislaman dan Keindonesiaan dan secara tidak langsung bahwa ide ide Cak Nur mulai hidup dipergerakan mereka. 

Wallohu'alam.

_____________

Abang abang, kolega, adek adek dan barisan yang tidak positif melihat saya sangat diharapkan teguran, tanggapan dan masukan atas kegalauan seorang yang terlanjur membaca dan pernah mengidolakan Ide besar Cak Nur dengan segala resiko hingga sumpah serapah dari Ayahanda yang sangat kental Prinsip dan Ikatan ASWAJA nya dalam bingkai Nahdiyin kendati di akhir hayatnya muncul rasa kebanggaannya melihat anaknya lebih paripurna...




6 komentar:

  1. Terimakasih atas ilmunya pak sehingga dapat menambah wawasan dari pembaca 🙏🙏

    BalasHapus
  2. Masya Allah..
    Seorang cak Nur seorang filosofis yang ber- ide besar, harusnya ide idenya sudah bertempat dikarenakan keberanian kemauan yang sangat mantap, hingga ia memaparkan "Islam yes partai Islam no" dalam membaca ide seorang cak nur tersebut positif, semoga selalu hidup di dalam dan diluar negeri aamiin yra..

    BalasHapus
  3. Terimakasih atas ilmu yang diberikan oleh bapak pak..🙏

    BalasHapus