4 Level Berpikir Manusia

Kita ditakdirkan jadi manusia. Karena itu banyak perbedaannya dengan hewan atau tumbuhan begitu juga dengan makhluk makhluk halus seperti malaikat, jin dan syetan-iblis. Kelebihan manusia adalah adanya pemberian khusus dari Allah yang tidak diperoleh makhluk lain. 

Untuk mengetahui perbedaan pemberian itu dapat dilihat dalam Al-Quran Surah Shad Ayat 70 dan 71. Dijelakan disana bahwa manusia pada level awal adalah: Basyariyah, terbuat dari tanah dengan mengikuti pola jasadiyah-badan-aturan yang berlaku pada alam materi. Sedang pada sisi lain, bagi manusia-janin ada menerima pemberian Tuhan maka jasad tadi mendapat tiupan dari Roh-Ku kata Allah. Realitasnya manusia memiliki unsur Ruhaniah. 

Pada unsur Ruhaniah itu diperoleh manusia anugrah kamampuan yang sangat banyak. Bahkan Hasan Langgulung dalam bukunya (Beberapa Aspek Tentang Pendidikan Islam),   hingga 99-sejumlah Asmaul Husna-diberikan Allah. Inilah yang mesti dikembangkan atau pengembangan inilah yang menjadi tugas pendidikan. 

Salah satu potensi manusia itu adakah Akal Pikiran yakni kemampuan berpikir. Bicara tentang kemampuan berpikir oleh tuan R.R. Hasan Saputra dalam bukunya (Cara Berpikir Suprarasional),  berpikir manusia itu ada empat pola yaitu: 

1. Pola Natural, manusia menggunakan akal pikirnya sebatas mencerna keadaan alamiyah yakni memahami yang selalu terjadi dan dihadapi sehari-hari. Ia punya akal akan tetapi kemampuannya baru level ikut apa yang mengemuka ditingkat sosialnya saja, dan mampu beradaptasi dengan keadaan yang ada (Ikut Nabiaso). Belum mampu berpikir dan berkemajuan yang solutif-visioner. 

2. Pola Supranatural, dalam level ini pikiran manusia sudah melompati yang natural itu dengan memanfaatkan keyakinan yang ada di atas yang alamiyah atau kebiasaan yang ada. Mereka ini bisa menjurus pada pemanfaatan hal hal yang ada diluar pemikiran biasa. Mereka memanfaatkan hal-hal yang ghaib, seperti makhluk halus, biasanya mereka barisan "datu-dukun", masyarakat menggunakan kemampuan level ini. 

3. Pola Rasional, mereka ini sudah mengelola pikirannya dengan tatanan hukum hukum berpikir. Mereka sudah belajar Ilmu Logika, Ilmu Mantik, Ilmu Dialektika, Ilmu Kalam, dan Filsafat bahkan.mereka belajar matematika sebagai logika praktis dan numerik. Mereka hidup dengan tuntunan pikiran cerdas hingga mampu menguasai Sains dan Teknologi. Inilah awal munculnya masyarakat Modern dan mereka  banyak eksis dan jadi produsen dalam mengkapling serta membina pola pola kehidupan dunia global saat ini. 

4. Pola Suprarasional, mereka ini disamping hidup dengan kemajuan berpikir rasional, akan tetapi sudah memiliki daya baca dan berpengalaman menyaring lakon berpikur rasional dan menemukan kejanggalannya. Ternyata Rasionalisme dan ke-Moderenan menyisakan malapeta dan mudarat yang me-modarkan (ungkapan lain dari mencelakakan), sebab  berjarak dengan nilai nilai keabadian, atau kurang sadar dengan kekuatan Ilahi. Level ini: Akal sudah menatap ke Langit dan Melibatkan Ketinggian yang Maha tinggi yang tak  terjangkau rasio tapi tersadari Nurani. Hidup bersama Allah dan sadar bahwa kehidupan dunia adalah rute jalanan yang akan diakhiri di alam akhir-at. Status pemikiran  dikoreksi oleh nilai dari langit dan Tuhan harus diakrapi dalam menghadapi realitas sebab Dialah atasan dan manusia sebagai pegawainya dalam hidup. Tuhan satu satunya Majikan.pp 

Mereka yang sudah mahir olah rasio, memanfaatkan Suprarasional,  mereka muncul dengan ketajaman imajinasi hingga paham hal-hal yang abstrak atau mutasabih serta mengambil hikmah dari kemampuan itu. Bahkan sebagai wujud keakraban dengan Sang Penguasa hingga mendapatkan pengetahuan yang dihadirkan (Khuduri-Ladunni) oleh Sang Khalik. Maka bantuan dan jalan keluar kehidupan serta merta datang, hingga rezeki datang tanpa diduga dan tak terperhitungkan atau tak terduga duga secara logika atau rasio.....sebab segala sesuatu baginya sudah atas ma'unah Alloh... 

Wallohu'alam.