DIJADIKANNYA TANGGAL 22 OKTOBER 2022 SEBAGAI HARI SANTRI


HARI SANTRI

Kata Santri secara umum dipahami adalah segolongan yang mendalami ilmu ilmu keislaman secara khusus kepada seorang guru yakni Kyai dan kata ini sangat akrab di wilayah jawa. Begitupun kata ini menarik dipahami sebab dalam kajian semantik ia punya sejarah tersendiri dan patut dipahami.

Salah satu versi mengenai asal usul istilah “santri”, seperti dikutip dari buku Kebudayaan Islam di Jawa Timur: Kajian Beberapa Unsur Budaya Masa Peralihan (2001) karya M. Habib Mustopo, mengatakan kata “santri” berasal dari bahasa Sanskerta.

Istilah “santri”, menurut pendapat itu, diambil dari salah satu kata dalam bahasa Sanskerta, yaitu sastri yang artinya "melek huruf" atau "bisa membaca". Versi ini terhubung dengan pendapat C.C. Berg yang menyebut istilah “santri” berasal dari kata shastri yang dalam bahasa India berarti "orang yang mempelajari kitab-kitab suci agama Hindu".

Sanskerta merupakan bahasa liturgis dalam agama Hindu, Buddha, dan ajaran Jainisme, serta salah satu dari 23 bahasa resmi di India. Sanskerta pernah digunakan di Nusantara pada masa Hindu dan Buddha yang berlangsung sejak abad ke-2 Masehi hingga menjelang abad ke-16 seiring runtuhnya Kerajaan Majapahit.

Baca juga: Sejarah Kerajaan Majapahit: Pemimpin Lemah, Negara Punah
Karel A. Steenbrink, seperti dikutip oleh Zamakhsyari Dhofir dalam buku Tradisi Pesantren (1985), mendukung rumusan Berg dan meyakini bahwa pendidikan pesantren, yang kemudian lekat dengan tradisi edukasi Islam di Jawa, memang mirip dengan pendidikan ala Hindu di India jika dilihat dari segi bentuk dan sistemnya.

Nurcholis Madjid lewat buku Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan (1999) menautkan pendapat tersebut dengan menuliskan bahwa kata “santri” bisa pula berasal dari bahasa Jawa, yakni cantrik yang bermakna "orang atau murid yang selalu mengikuti gurunya".

Ada pula yang mengaitkan asal usul istilah “santri” dengan kata-kata dalam bahasa Inggris, yaitu sun (matahari) dan three (tiga), menjadi tiga matahari.

Dinukil dari tulisan Aris Adi Leksono bertajuk “Revitalisasi Karakter Santri di Era Milenial” dalam NU Online, maksud tiga matahari itu adalah tiga keharusan yang harus dimiliki oleh seorang santri, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan.

Istilah “santri” bisa pula dimaknai dengan arti “jagalah tiga hal”, sebagaimana yang tertulis di buku Sejarah Pergerakan Nasional (2015) karya Fajriudin Muttaqin dan kawan-kawan, yaitu menjaga "ketaatan kepada Allah, menjaga ketaatan kepada Rasul-Nya, dan menjaga hubungan dengan para pemimpin".

Dari bahasa Arab, asal usul istilah “santri” juga bisa ditelaah. Kata “santri” terdiri dari empat huruf Arab, yakni sin, nun, ta’, dan ro’ yang masing-masing mengandung makna tersendiri dan hendaknya tercermin dalam sikap seorang santri, demikian dikutip dari buku Kiai Juga Manusia: Mengurai Plus Minus Pesantren (2009).

Ada apa gerangan dimunculkannya "PERINGATAN HARI SANTRI" ???. Maknanya bagi saya cukup bernilai bila dikaitkan dengan munculnya NEGARA RI. Sebab kita ketahui bahwa NKRI sebagai wujud PERJUANGAN. Santri dengan petunjuk para Kyai ikut memangkul senjata bersama SOEDIRMAN yang Santri itu untuk mendongkel penjajah dari negeri ini. Dan dari merekalah latar belakang munculnya PETA cikal bakal Tentara Nasional. Itulah NKRI. Itulah wujud SANTRI.

Hari ini diperingati. Moga tidak sekedar srimoni tanpa muatan makna dan SANTRI jelas andilnya untuk NKRI

Selamat Hari Santri....satu kenangan damasa Presiden Jokowi.

1 komentar: