Satu persoalan besar dari negeri muslim adalah rendahnya mutu pendidikan. Persoalan ini banyak dimensi sebagai indikator. Pertama adalah ketidak utuhan falsafah pendidikannya. Ini disebabkan hancurnya Paradigma atau idiologi pendidikan muslim. Sejak masa keruntuhan yakni abad 14 M, muslim betul terpuruk diterpa kolonialisasi yang amat dahsyat, termasuk kejayaan yang pernah ditangan lepas ditelan waktu. Jika pun pendidikan berlanjut, tapi ia hanya sebatas mempertahankan keimanan dan ibadah makhdoh/ritual sebagai usaha tetap jadi muslim. Sementara kehidupan sosial apalagi kepemimpinan dan rekayasa kehidupan kendati umumnya sudah mengalami kemerdekaan dengan tikaman kungkungan nasionalisme, sudah sangat loyo.
Kini mereka ingin bangkit dengan menempuh berbagai jalan. Ada yang berjuang dari jalur politik, ada ekonomi, pendidikan dsb. Tapi umumnya dilakukan oleh pribadi dan kelompok, dan sayangnya banyak diantaranya disemangati oleh mental kolonialis dan kapitalis. Hingga nyaris tidak terlihat usaha bersama. Keadaan seperti ini kendati diakui secara dejure sudah alam kemerdekaan, akan tetapi disetiap negeri muslim pasti rakyatnya terpolarisasi oleh agama, cara pandang dsb yang menyebabkan polarisasi umat itu muncul dan bibit perpecahan selalu terjadi disamping menghadapi firqoh internal umat. Terkesan saling menjajah.
Kelompok yang hanief dan istiqomah selalu saja ada yang muncul akan tetapi selalu saja mendapat rintangan hingga sering dibenturkan dengan kekuatan lain. Bahkan dengan penguasa. Hingga usaha mewujudkan kehidupan fissilmi kaffah sulit diwujudkan, celakanya tidak jarang diinternal muslim juga saling menikam, hingga terasa persatuan sesama muslim sulit terwujud.
Hari ini kesulitan yang amat terjal adalah melahirkan generasi RABBANIYAH, pengikut baginda RASULULLAH/Muhammadiyah (bukan organisasi tapi umat nabi Muhammad sollu 'alaih) yang muncul dengan akhlak kepribadian memukau dengan medan makhnit yang menarik jiwa masyarakat, kecerdasan yang disibghoh Quraniyah serta penguasaan ilmu pengetahuan yang menyeluruh.
Sangat yakin bila kelas ini muncul, posisi muslim akan mengikuti Rasulullah seperti beliau dibujuk rayu masyarakat Yasrib untuk datang memimpin sebab sudah sangat muak dengan selalu cekcok bersimbah darah dan air mata. Karena Al-Amiin sangat diyakini mampu menjadi perekat. Dan saat ini sangat diyakini bila lembaga pendidikan mampu melahirkan generasi seperti ini akan menjadi solusi bagi alam yang sedang berduka ini. Namun sayang selama ini masih banyak generasi yang sama saja dengan lulusan lembaga pendidikan lain bahwa produk pendidikan Islam gagal menyikapi nilai dan ajaran Islam.
Lihatlah komentar Raghib As-Sirjani (sang Prof) penulis, "Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia" bahwa katanya Peradaban Islam itu justru sinaran cahaya Islam pada manusia dalam berkehidupan baik urusan Ilmu, teknokogi, sosial dsb juga mengelola sumber daya alam. Tentu ibarat HP selalu terisi batreynya dengan energi dari sumber listrik. Sebab itulah kunci berfungsinya. Sama dengan manusia bila tanpa cahaya Ilahi bagiamana mungkin bisa hidup baik dan lengkap sebab Dia sumber cahaya, energi dan jalan kehidupan. Tidak akan langgeng kehidupan yang dibangun dengan jauh dari nilai Ilahi, walau saat ini gemerlap tapi ia rapuh dan akan runtuh secepatnya.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar