APAKAH DENGAN AGAMA ILMU AKAN PADAM ? (bag. 3)


Apa yang menjadi kekeliruan banyak ilmuan ?  Sangat serius penyakit kekeliruan itu. Hemat saya, kendati tidak merujuk pada pendapat yang muktabar tapi keyakinan saya justru Ilmuan hari ini kehilangan rasa tawadhu'nya-bahwa ilmu yang didapat tidak mengantarkan Hatinya lebih menemukan diri. Tapi banyak mendapatkan kedalaman berpikir dan berargumentasi. 

Kemanfaatan hasil akal ini hanya fokus pada aspek praktis keseharian. Bagi saya inilah salah satu masalah serius itu. Sebab manusia hanya jadi makhluk mulia yang membangun pradaban material saja. Eksesnya adalah hilangnya humanitas yang bersifat spritual nan ruhani. 

Sebagaimana sifat Akal yang hanya akrab dengan Pancaindra, justru mengasikkan Akal memuaskan dahaganya di alam logika dan fenomena material yang jarang menggugah Hati atau kesadaran ruhaniah. Kehidupan ini akhirnya tertata dengan mengikuti mekanisme material yang menjurus pada destruktif nilai dan membuatnya semacam robot berakal padanan istilah hewan berpikir.

Apa penyebab semua ini? Adalah keberhasilan sekularisasi hingga mengubur alur berpikir yang seimbang. Kita lihat misalnya soal "pandangan terhadap wujud Sains". Alam sebagai objeknya hanya dianggap benda yang ada begitu saja sebagai hasil evolutif yang bersumber dari elemen kecil "space-atom" sebagai konsekwensi dari adanya teori "BIGBANG" dari Hubbel (fisika). Alam mengikuti hukum alam yang melekat di alam itu. Alam dilhat apa adanya tanpa mau memahami apa realitas dibalik yang terlihat itu.

Padahal akal yang sehat mesti bertanya, apakah ada sendiri?,  sama halnya Plato yang tidak yakin alam serapi ini mustahil ada sendiri tanpa ada pencipta dan pengatur serta pengendalinya. Tapi Ilmuan hari ini tidak memasalahkan itu, hanya dengan kecongkakannya melakukan penelitian dan menguak pengetahuan alam menjadi teori lalu direkayasa menjadi teknologi yang digunakan untuk dasar kehidupan dunia materi. Maka nilaipun banyak tergerus dari otak mereka. Mereka jadi super dan malah besar kepala karena merasa pintar. Bahkan orang pintar banyak melakukan spekulasi alam dan sosial demi dahaga kekuasaan dan eksistensi material. Inilah dampak deri sebuah pemahaman yang dangkal (Ontologi Kerdil).

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar