ULAMA DALAM BERBAGAI DIMENSI


Berdakwah atau mewarisi perjuangan Rasulullah saw, dengan cara atau pendekatan Nahi Munkar sangat berisiko. Maka tidak semua Ulama menyiapkan diri untuk pengorbanan seumpama atau mengikuti Rasulullah saw yang siap dengan segala risiko. Menghadapi medan dakwah dipastikan sangat beragam prilaku masyarakat, ada memyegani dan mendengar serta ikut fatwa fatwanya, tapi akan.ada yang benci hingga melawan Ulama maka dengan itu sangat dituntut bahwa para Ulama menyatu dan berhimpun untuk membentuk lembaga sebagai wadah menyiasati dakwah dan mengawal ummat dalam aspek keselamatan Aqidah dan ketaatan kepada Allah SWT. Menuju tanggung jawab itu disamping adanya Lembaga khusus kumpulan Ulama juga muncul Lembaga Sosial Keegamaan. Inilah yang menyiasati munculnya model dakwah yang lain yaitu:

3. AMAR MA'RUF

Amar ma'ruf ini adalah suruhan Allah.sesuai firmanNya, dalam Indonesianya :

Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’rūf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali ‘Imran ayat 104). 

Semestinya ma'ruf disini dipahami secara luas. Justru dari pemahaman yang luaslah sehingga para Kiyai, Tuan Guru dan para Ustat, melakukan upaya peningkatan Sumber Daya Manusia. Sehingga ada yang mengambil langkah untuk mendirikan lembaga Pendidikan formal, seperti Psatren, Madrasah Diniyah dari Ula ke Ulya hingga Perguruan Tinggi. Termasuk apa yang berkembang seperti amal usaha yang dilaksanakan oleh NU, Muhammadiyah dsb.

Persoalannya.adalah bahwa lembaga Pendidikan tsb sangat fokus dan terlalu menyeluruh untuk menyiapkan kader Ulama yang hanya dengan modal Ilmun Keislaman, sementara Ilmu sains dan bidang skilled, ya teknologi, ekonomi mikro apalagi makro dsb nyaris ditempatkan pada posisi seadanya saja, sehingga menjadi faktor menjadikan  generasinya lemah kreasi dalam menjalani hidup maka jarang muncul sebagai produsen dan bertahan pada konsumer. Dengan itu kemiskinan sering bertolak dari keadaan ini sebab sepanjang hidup menjadi tenaga kerja yang hidup dari gaji atau upah.

Kearifan saat ini diharapkan agar diarahkan kepada penyiapan generasi yang dapat didikan untuk siap sebagai produsen, pencipata lapangan kerja, pemberi solusi dan tangannya ada di atas dengan mental yang Islami. Penyakit hari ini yang memang melanda umat hingga kedalam tulang yang paling dalam adalah "mental mengharap pemberian". Lulusan Pendidikan kita tidak lebih dari terendah hingga teratas "Berharap Adanya Lapangan Pekerjaan". Generasi belum terarahkan mental dan skilnya untuk mandiri. 
Contoh konkritnya bahwa Lembaga Pendidikan Kita masih mencetak mencetak Pelamar dari pada Buka Usaha Sendiri...padahal ajaran agama kita bukan begitu....lalu dimana relevansinya?
Bukankah mental seperti ini yang diwariskan sehingga ada banyak lulusan yang munafiq, penjilat, penipu dsb? Jangan jangan kekacauan sehingga munkarot selalu tumbuh sebabnya termasuk ini. Wallohu'alam. Yang pasti MA'RUF ke depannya perlu diarahkan dan kita berpikir hingga ke arah itu... bisa jadi usaha ke arah ma'ruf selama ini sudah kadaluarsa maka perlu pembaharuan sehingga mampu meredam munkarooot...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar